Monday, September 14, 2009

ISTIQAMAH

Seringkali kita dengar ungkapan ini....ISTIQAMAH!!! Tapi istiqamah itu bagaimana ye? Adakah ia sejenis biskut, roti atau barangkali sejenis menu berbuka puasa???Hmmm...jom kita selongkar mencari kembara ISTIQAMAH

Berasal dari perkataan Arab "istiqama" yang bermaksud tetap TEGUH mengikuti satu jalan atau dengan kata lain...melakukan sesuatu secara konsisten dalam tindakan berdasarkan satu panduan. Melihat kepada ayat-ayat Allah yang berkaitan dengan ISTIQAMAH, surah Al-Ahqaf ayat 13-14; "Sesungguhnya orang yang berkata 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka istiqamah, maka tidak ada ketakutan ke atas mereka dan mereka tidak akan bersedih. mereka itulah ahli syurga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan di atas apa yg mereka lakukan"

Contohnya..pada zaman Rasulullah, seorang sahabat bertanya tentang Islam dan kunci kejayaan hidup menuju akhirat kelak..lau Baginda menjawab; "Katakanlah; Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah"
Rasulullah kemudiannya menjawab agar kita memperteguhkan 2 tiang UTAMA:
  1. Iman yang mantap
  2. Amalan yang berterusan dan konsisten
Jadi, sebagai hambanya yang kerdil...berterima kasihlah kepada Nya dengan cara menambahkan lagi keimanan dan memperteguhkan lagi amalan. Itulah ISTIQMAH...........jadi, ayuh yup kita cari gali ISTIQAMAH!!!

Tuesday, September 1, 2009

Salam Ramadhan Kareem

Assalamualaikum...lamanya blog nie ditinggalkan penuh bersawang dan berhabuk...uhuk3x!!!

bukan tak nak dimuatkan isi, tapi...kekangan masa bekerja nie mmg berlainan daripada masa belajar dulu...lagi syok belajar rupanya (",) tapi InsyaAllah...kerja bukan beerti dakwah dan tarbiyyah juga berhenti..mungkin bukan dari segi penulisan sbb bukannya reti menulis pun..berangan je

Alhamdulillah hari ini dah 11 Ramadhan, belum terlambat rasanya untuk ku ucapkan Ahlan Wa Sahlan kepada seluruh umat Islam di dunia ini...Ya Allah, syukur Engkau masih beri kami kesempatan dan peluang untuk menjadi penagih kasihMu dalam bulan rahmat wa barakah ini...InsyaAllah

Kepada seluruh muslimin wa muslimat...ku doakan Ramadhan ini menjadi batu loncatan untuk bergerak lebih cergas dan lebih pantas...sama ada dalam kehidupan peribadi, mahupun dakwah antum....utamakn yang penting dari yang penting...dan ini bukan bermaksud apabila antum mengutamakan pembelajaran/pekerjaan antum, persoalan dakwah harus diketepikan.

Kereta DAKWAH dan kereta PERIBADI antum harusla seiring...bagi yang baru menjejakkan kaki ke dalam bidang dunia ISLAM IS OUR WAY OF LIFE...ana ucapkan Ahlan Wa Sahlan dan semoga langkah ini menjadi LANGKAH TERCIPTA untuk antum mendaki tangga yang lebih tinggi. Jangan kita takut untuk mendaki selagimana kita belum cuba untuk mendaki kerana disitu pastinya ada kejayaan untuk antum!!!

Doakan ana terus thabat dalam perjuangan...

Salam perjuangan, salam Ramadhan

Saturday, May 23, 2009

Abdullah bin Mas'ud

Sabda Rasulullah Saw., “Siapa yang ingin membaca Al Qur’an dengan baik seperti diturunkan Allah, bacalah seperti bacaan lbnu Ummi ‘Abd (‘Abdullab bin Mas’ud)

Pada suatu hari, seorang anak gembala yang hampir baligh menghalau domba-domba gembalaannya di jalan jalan kedil perbukitan kota Makkah, jauh dan keramaian. Dia mengembalakan domba-domba kepunyaan seorang bangsawan Quraisy, ‘Uqbah bin Mu’aith.

Orang memanggil nama anak itu ‘Ibnu Ummi ‘Abd” Sesungguhnya namanya yang asli “ABDULLAH” dan nama bapaknya “MAS’UD”. Nama lengkapnya “ABDUL LAH BIN MAS’AD” -

Anak gembala itu pernah juga mendengar berita berita mengenai Nabi yang baru diutus, serta da’wah yang dilancarkannya. Tetapi gembala kecil ini tidak mem pedulikannya. Mungkin karena usianya yang masih kecil, dan karena jauhnya dan masyarakat Makkah, tempat dirnulainya da’wah tersebut..
Anak gembala ini rajin rnenggembalakan domba-domba majikannya. Pagi-pagi sekali dia sudah berangkat bersama domba ke tempat gembala, dan pulang setelah hri senja.
Hari itu, anak tersebut melihat di kejauhan dua orang laki-laki menuju ke arahnya. Keduanya. kelihatan sangat letih dan kehausan. Bibir dan kerongkongan mereka tampak kering. Ketika keduanya telah sampai ke dekat anak gembala tersebut, mereka memberi salam dan berkata, “Hai, Bocah! Berilah kami susu dombamu sekedar untuk menghilangkan haus.”
“Ma’af, Pak! Saya tidak dapat memberi Bapak karena domba-domba ini bukan kepunyaan saya. Saya hanya sebagai gembala”. jawabnya.
Kedua laki-laki tersebut tidak membantah jawaban anak gernbala itu. Bahkan di wajah keduanya jelas kelihatan mereka menyukai jawabannya. Seorang di antara keduanya berkata, “Bawalah kemari seekor domba betina yang belum kawin!”
Anak itu mengambil seekor anak domba, lalu dibawanya ke dekat mereka. Orang itu mernegang domba tersebut dan meraba-raba susunya dengan membaca “Basmallah “. Si anak gembala bingung, dan berkata kepada dirinya sendiri, “Mana mungkin anak domba dapat diperas air susunya!”
Tetapi sebentar kemudian susu anak domba itu membengkak, dan setelah itu air susunya memancar berlimpah-limpah. Laki-laki yang seorang lagi mengambil sebuah batu cekung lalu diisinya dengan susu dan diminurnnya berdua dengan kawannya. Kemudian anak itu diberinya pula dan mereka ketiganya minum bersama-sama. Anak itu hampir tidak percaya kepada apa yang dilihatnya dan dialaminya. “Ajaib sungguh’” kata anak gembala.
Setelah mereka minum sepuas-puasnya, orang yang penuh berkat itu berkata, “Berhenti!”
Sebentar kemudian air susu domba berhenti mengalir, dan teteknya kempes kembali seperti semula. Si anak gernbala berkata kepada orang yang penuh berkat, “Ajar kanlah kepada saya bacaan yang Tuan baca tadi.”
“Engkau anak pintar!” jawab orang luar biasa yang. penuh berkat itu
Kisah di atas adalah permulaan kisah “Abdullah bin Mas’ud dalam Islam. Orang yang penuh berkat itu tidak lain melainkan Rasulullah saw. Sedangkan kawannya ialah Abu Bakar Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu. Mereka pergi ke perbukitan Makkah pada hari itu, menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak rnereka ingini karena tindakan Kaum Quraisy yang keterlaluan dan sok kuasa
Sejak peristiwa itu, ‘Abdullah bin Mas’ud (si anak gembala) jatuh cinta kepada Rasulullah dan sahabatnya. Dia merasa terikat kepada keduanya. Sebaliknya Rasulullah kagum kepada anak itu. Walaupun dia seorang anak gembala, sehari-harian terjauh dari masyarakat ramai, tetapi dia cerdas, jujur, bertanggung-jawab, bersungguh-sungquh dan teliti.
Tidak berapa lama setelahnya, ‘Abdullah bin Mas’ud masuk Islam. Dia mendatangi Rasulullah dan memohon kepada beliau agar diterima menjadi pelayan beliau. Rasulullah menerimanya.
Sejak hari itu ‘Abdullah bin Mas’ud tinggal di rumah Rasulullah. Dia beralih pekerjaan dari gemba domba menjadi pelayan Utusan Allah dan Pemimpin Ummat
‘Abdullah bin Mas’ud senantiasa mendampingi Rasulullah bagaikan sebuah bayang-bayang dengan bendanya. Dia selalu menyertai beliau kemana pergi, di dalam rumah maupun di luar rumah. Dia membangunkan Rasulullah untuk shalat bila beliau tertidur, menyediakan air untuk beliau mandi, mengambilkan terompah apabila beliau hendak pergi, dan membenahinya apabila beliau pulang. Dia membawakan tongkat dan sikat gigi. Menutupkan pintu kamar apabila beliau masuk kamar hendak tidur…..
Bahkan Rasulullah mengizinkan ‘Abduliah memasuki kamar beliau jika perlu. Beliau mempercayakan kepadanya hal-hal yang rahasia, tanpa kuatir rahasia tersebut akan terbuka. Karenanya, ‘Abdullah bin Mas’ud dijuluki orang dengan Shahibus Sirri Rasulullal, (pemegang rahasia Rasulullah).
‘Abdullah bin Mas’ud dibesarkan dan dididik dengan sempurna dalam rumah tangga Rasulullah. Karena itu tidak heran kalau dia menjadi seorang yang sempurna terpelajar, berakhlak tinggi, sesuai dengan karakter dan sifat-sifat yang dicontohkan Rasululiah kepadanya. Pendidikan Rasulullah kepadanya, diterapkan ‘Abdullah dalam dirinya dengan disiplin kuat dalam segala situasi dan kondisi. Sampai-sarnpai orang mengatakan, “karakter dan akhlak ‘Abdullah bin Mas’ud paling mirip dengan akhlak Rasul ullah “.
Di samping itu, dia belajar di Madrasah Rasulullah. Karena itu memang pantas dia menjadi sahabat yang sangat baik membaca Qur’án, sanqat paham maknanya, dan sangat ‘alim tentang syari’at Islam.
Sebuah berita kami sajikan untuk membuktikan hal itu.
Ketika Khalifah ‘Umar bin Khaththab berada di ‘Ara fah, tiba-tiba seorang laki-laki datang menghadap beliau seraya berkata, “Ya, Amirul Mu’minin! Saya datang dari Kufah sengaja untuk menghadap Anda. Di sana ada seorang yang mahir Al Qur’an seutuhnya di luar kepala. Bagaimana pendapat Anda tentang orang itu?”
‘Umar marah mendengar pertanyaan itu. Belum pernah dia semarah itu, sehingga dia menarik nafas panjang panjang.
“Siapa dia?” tanya ‘Umar.
‘Abdullah bin Mas’ud,”jawab orang itu.
Kemarahan ‘Umar mendadak padam. Seketika itu juga mukanya kembali cerah.
Kata ‘Umar, “Demi Allah! Setahu saya tidak ada lagi orang yang lebih ‘alim daripadanya dalam urusan itu. Akan saya ceritakan kepada Anda satu kisah mengenai nya. Pada suatu malam Rasulullah bercincang-bincang di rumah Abu Bakar membicarakan urusan kaum muslimin. Saya turut dalam pembicaraan tersebut. Selesai berbincang-bincang, Rasulullah pergi. Saya dan Abu Ba kar pergi pula mengikuti beliau. Tiba-tiba kami melihat seseorang — mula-mula tidak kami kenali — sedang shalat di masjid. Rasulullah berdiri mendengarkan bacaan orang itu. Kemudian beliau berpaling dan berkata kepada kami, “Siapa yang ingin membaca Qur’an dengari baik seperti diturunkan Allah, bacalah seperti bacaan Ibnu Ummi ‘Abd (‘Abdullah bin Mas’ud).”
Kemudian ‘Abdullah duduk dan mendo‘a. Rasullullah rnengaminkan do’anya.
“Saya berkata dalam hati,” kata ‘Umar selanjutnya, “Demi Allah! Besok pagi saya akan mendatangi ‘Abdullah bin Mas’ud memberi kabar gembira kepadanya bahwa Rasulullah mengaminkan do’anya. Ketika saya mendatanginya besok pagi, kiranya Abu Bakar telah lebih dahulu menyampaikan kabar gembira itu kepada ‘Abdullah. Abu Bakar memang selalu lebih cepat daripada saya dalam soal kebaikan.”
‘Abdullah bin Mas’ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabuflah (Al Qur’an) sebagai berikut:
“Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia! Tiada satu ayat pun dalam Al Qur’an, melainkan aku tahu di mana diturunkan dan dalam situasi bagaimana. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada saya, niscaya saya datang belajar kepadanya.”
‘Abdullah bin Mas’ud tidak berlebihan dengan ucapannya itu. Cerita ‘Umar bin Khaththab di bawah ini memperkuat ucapan ‘Abdullah tersebut. -
Pada suatu malam ketika Khalifah ‘Umar bin Khathab sedang dalam suatu perjalanan, beliau bertemu dengan sebuah kafilah. Malam sangat gelap bagaikan beratap kemah, menutup pandangan setiap pengendara. ‘Abdullah bin Mas’ud berada dalarn kafilah tersebut.
Khalifah ‘Umar memerintahkan seorang ajudan supaya menanya kafilah.
“Hai, kafilah! Dari mana kalian?” teriaknya bertanya.
“Min fajjil ‘amiq” (dari lembah nan dalam), jawab ‘Abdullah.
“Hendak ke mana kalian?”
“Ke Baitul ‘Atiq” (ke rumah tua =Baitullah), jawab ‘Abdullah.
Kata ‘Umar, ‘Di antara mereka pasti ada orang yang sangat ‘alim.
` Kemudian diperintahkannya pula menanyakan, “Ayat Qur’an manakah yang paling agung?”
Jawab ‘Abdullah,
“(Allah, tiada Tuban selain Dia; Yang Maha Hidup Kekal, lagi terus menerus mengurus (rnakhluk-Nya): tidak mengantuk dan tidak pula tidur…). Al-Baqarah: 255).
Tanyakan pula kepada mereka, ayat Qur’an manakah yang lebih kuat hukumnya?” kata ‘Umar memerintah.
Jawab ‘Abdullah,
.
(Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi . kepada kaurn kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbualtn keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran)” (An Nahl; 16:9)
“Tanyakan kepada mereka, ayat Quran ma yang paling mencakup?” perintah ‘Umar.
Jawab Abdullah,
(“Barangsiapa mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula). (Al Zalzalah; 99:8).
“Tanyakan, ayat Al Qur’añ manakah yang memberi kabar takut?” perintah ‘Umar.
Jawab ‘Abdullah,
(Pahala dari Allah bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong. dan tidak pula menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahaltn itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah).” (An Nisa’; 4:123)
“Tanyakan pula, ayat Qur’an manakah yang memberikan harapan?” perintah ‘Umar.
(Katalahl Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah; sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (Az Zumar; 39:53), jawab ‘Abdullah.
Kata ‘Umar, “Tanyakan! Adakah dalam kafilah kalian ‘Abdullah bin Mas’ud?”
Jawab mereka, “Ya, ada!!”
‘Abdullah bin Mas’ud bukan hanya sekedar Qari (ahli baca) terbaik, atau seorang yang sangat ‘alim, atau seorang ‘abid yang sangat zuhud, tetapi dia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka. Dia tercatat sebagai muslim pertama yang mengumandangkan Al Qur’an dengan suara merdu dan lantang.
Pada suatu han para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah: Kata mereka, ‘Demi Allah! Kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Qur’an kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?”
Jawab ‘Abdullah,”Saya sanggup membacakannya di hadapan mereka dengan suara keras.”
Kata mereka, “Tidak Jangan karnu! Kami kuatir kalau kamu yang membacakannya. Hendaknya seorang yang mempunyai famili, yang dapat mernbela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy
“Biarlah saya saja Allah pasti melindungi saya!” jawab ‘Abdullah tak gentar.
Besok pagi kira-kira waktu dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk sekitar Ka’bah, ‘Abdullah bin Mas’ud berdiri di Maqarn Ibrahim, la1u dengan suara lantang dan merdu dibacanya Al Qur ‘an:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Tuhan yang Maha Pernurah
Yang mengajarkan Al Qur’an..
Yang nienciptakan manusia
Yang mengajarkannya pandai berbicara ) (Ar Rah man: 1 — 4).
Bacaan ‘Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Ka’bah. Mereka terkesima merenungkannya. Kemudian mereka bertanya sesamanya, “Apakah yang dibaca Ibnu Ummi ‘Abd (‘Abdullah bin Mas’ud)?”
“Sialan dia! Dia membaca ayat-ayat yang dibawa Si Muhammad!” kata mereka setelah sadar.
Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli ‘Abdullah. Tetapi ‘Abdullah terus saja membaca sampai habis. Kemudian ‘Abdullah pulang menemui para sahabat dengan muka babak beIur dan berdarah.
“Inilah yang kami kuatirkan terhadapmu!” kata para sahabat kepada ‘Abdullah.
Jawab ‘Abdullah “Demi Allah! Bahkan sekarang musuh-musuh Allah itu tarnbah kecil di mata saya. Jika Anda menghendaki: besok pagi akan saya baca pula di hadapan mereka.
“Jangan! sudah cukup dahulu! Bukankah engkau sudah memperdengarkan kepada mereka ayat-ayat yang sangat mereka benci?” jawab mereka.
‘Abdullah bin Mas’ud hidup sampai zaman Khalifah ‘Utsman bin Affan memerintah. Ketika ‘Abdulah hampir meninggal, Khalifah ‘Utsman datang menjenguknya.
“Sakit yang engkau rasakan, hai ‘Abdullah?” tanya Khalifah
“Dosa-dosaku,” jawab ‘Abdullah.
“Apa yang engkau inginkan?” tanya ‘Utsman.
“Rahmat tuhanku,” jawab Abdullah. “Tidalkkah engkau ingin supaya kusuruh orang membawakan gaji-gajimu yang tidak pernah engkau ambil selama beberapa tahun?” tanya ‘Utsman.
“Saya tidak membutuhkannya,” jawab ‘Abdullah.
“Bukankah engkau mempunyai anak-anak yang harus hidup layak sepeninggal engkau?” kata ‘Utsman.
“Saya tidak kuatir anak-anak saya akan hidup miskin. Saya menyuruh mereka membaca surat Al Waqi ‘ah setiap malam. Karana saya mendengar Rasulullah bersabda, “sesiapa membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.”
Pada suatu malam, ‘Abdullah bin Mas’ud pergi menemui Tuhannya dengan tenang. Lidahnya basah dengan dzikruilah, membaca ayat-ayat suci Al Qur’an. Dia telah berpulang ke rahmatullah.
Radhiyallahu ‘anhu. Amin!!!

Saturday, May 16, 2009

Selamat HaRi GuRU kePAda sEmUA GurU-GURu di MalaYSIA..JasAMu terLAlu BeSaR CikGU

Saturday, April 25, 2009

Diriku dan kesibukan

Zaman makin berlalu, bumi juga makin tua....diriku masih begitu????hmmmm....ye ke? adakah iman masih di hati atau diriku hanyut bersama kesibukan yang melanda?

hari demi hari, masa praktikal sebagai guru di SMKTK 2 juga makin pergi, berlalu dan akn terus berlalu membawa kenangan. Namun, adakah jasaku stakat sebagai guru yg mengajar? bukan guru yang berdakwah?

diriku dan kesibukan....adakah aku benar-benar sibuk?bagaimana dakwah islamiyyah dan kalimat 'Lailahaillah' yg aku galas selama ini? mampukah aku menyampaikannya sepanjang di SMKTK 2?
kedatangan pelajar ke meja ku selama ini, adakah sekadar berbual kosong ianpa punya apa2 mesej dakwah?

diriku dan kesibukan...
hanyalah alasan yang paling ideal diberikan
namun, mampukah aku untuk berbohong pada Mu ya ALLAH!!!
kerana Engau yg mengatur perjalanan ini..Engkau Maha Tahu kesibukanku...
Ya Allah...bagaimana perjalananku bersama kesibukan ini untuk berjalan pada titian siratulmustakim.....^_^

Thursday, March 19, 2009

Cinta Lahirkan Ketaatan



Hadith :
Daripada Abu Hurairah ra bahawa Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya : “ Demi Allah yang jiwa ku di tangan-Nya tidak beriman seseorang kamu sebelum aku menjadi orang yang lebih dikasihinya daripada bapanya dan anaknya.”
(al-Bukhari dan Muslim) ; Rujuk Mukhtasar Sahih al-Bukhari 14, Mukhtasar sahih Muslim 23)

Huraian
Orang-orang yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang, kurang peka perasaan, lagi tipis perikemanusiaannya. Berbeza halnya dengan orang yang dikurniakan Allah SWT dengan hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Rasulullah SAW contohnya dikenali sebagai seorang yang penuh kasih sayang dan lembut hatinya. Sudahkah kita berusaha mengamal dan mencontohi sikap baginda yang sangat terpuji itu hingga cinta kita pada Rasulullah bukan sekadar cinta buta, tapi cinta yang melahirkan ketaatan pada Allah SWT dan sikap mulia dalam kehidupan kita sehari-hari? Jika direnung, tidak wajar kita mengatakan bahawa kita mencintai Rasulullah sedangkan dalam kehidupan seharian, kita sering melanggar nasihat-nasihat baginda? Kecintaan kita pada baginda selama ini cuma cinta bersahaja, bukan juga cinta biasa sebagaimana cinta kita kepada anak-anak atau manusia yang lain. Sedangkan kecintaan Rasulullah pada kita umatnya amat mendalam dan luar biasa, disebut-sebut oleh baginda hingga nafas yang terakhir!

25 nasihat luqmanulhakim

  1. Hai anakku; ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan SAMPAN yang bernama TAKWAISInya ialah IMAN danLAYARnya adalah TAWAKKAL kepada ALLAH.
  2. Orang - orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari ALLAH. Orang yang insaf dan sedar setalah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa menerima kemuliaan dari ALLAH juga.
  3. Hai anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada ALLAH, maka dia tawadduk kepada ALLAH, dia akan lebih dekat kepada ALLAH dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada ALLAH.
  4. Hai anakku; seandainya ibubapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang dilakukanmu, maka marahnya ibubapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.
  5. Jauhkan dirimu dari berhutang, kerana sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.
  6. Dan selalulah berharap kepada ALLAH tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak menderhakai ALLAH. Takutlah kepada ALLAH dengan sebenar benar takut ( takwa ), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat ALLAH.
  7. Hai anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya kerana tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rosak akhlaknya akan sentiasa banyak melamunkan hal hal yang tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.
  8. Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih lagi daripada semua itu, adalah bilamana engkau mempunyai tetangga (jiran) yang jahat.
  9. Hai anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yang bodoh sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.
  10. Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.
  11. Hai anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau hadir majlis perkahwinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedangkan menghadiri pesta perkahwinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi sahaja.
  12. Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, kerana sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing sahaja. 
  13. Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan sahaja kerana manisnya barang dan janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.
  14. Makanlah makananmu bersama sama dengan orang - orang yang takwa danmusyawarahlah urusanmu dengan para alim ulamak dengan cara meminta nasihat dari mereka.
  15. Hai anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yang mencari kayu bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mahu menambahkannya.
  16. Hai anakku; bilamana engkau mahu mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu,maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati hatilah. 



  17. Selalulah baik tutur kata dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.
  18. Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu. 
  19. Jadikanlah dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riya~ (riak) yang akan mendatangkan cela pada dirimu.
  20. Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan olah dunia saja kerana engkau diciptakan ALLAH bukanlah untuk dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.
  21. Hai anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang busuk dan kotor serta kasar, kerana engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.
  22. Hai anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan kerana sesuatu yang menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, janganlah mensia siakan hartamu.
  23. Barang sesiapa yang penyayang tentu akan disayangi, sesiapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang mengandungi racun, dan sesiapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.
  24. Hai anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya kerana sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.
  25. Hai anakku; ambillah harta dunia sekadar keperluanmu sahaja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekalan akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul sampah kerana nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan dengan orang yang bersifat talam dua muka, kelak akan membinasakan dirimu.